B untuk Bank | Glosari

Diposting oleh FilsafatKonseling on 8.19.2010

Bank, sebagai salah satu kerja sistem akumulasi dan ekspansi kapital, berfungsi sebagai salah satu—selain negara dan citra—penyangga sistem kapitalistik untuk berjalan dengan baik. Bank menyebarkan kapital nasabahnya kepada publik, tepatnya segelintir orang. Bank mendapatkan kapital dari nasabahnya kemudian meminjamkannya kepada segelintir orang yang dapat mengakumulasi dan mengekspansi kapital. Bank tidak meminjamkan kapital kepada orang dan institusi yang tidak memiliki logika kapital seperti itu. Setiap peminjam harus menciptakan relasi sosial berdasarkan akumulasi dan ekspansi kapital. Nilai jejaring ikatan sosial di luar logika tersebut harus dinafikan: kejujuran, kepedulian, kepercayaan, misalnya. Bank tidak melihat nilai-nilai tersebut sebagai suatu hal yang eksis. Bank meminjamkan kapital kepada orang yang memiliki agunan yang memadai sekaligus mampu menjalankan logika kapital tersebut. Oleh karena itu, bank tidak pernah melihat tujuan peminjam selain dari logika tersebut. Tujuan eksploitasi dan penaklukkan serta penggeseran nilai ikatan sosial berdasarkan nilai-nilai kemanusian dan ekologis serta spiritual ke ikatan sosial berdasarkan kapital—kesemuanya adalah salahsebagian karakter kapitalistik—adalah permainan yang harus dirayakan dalam perputaran kapital.

Kepemilikan agunan untuk dimungkinkan meminjam kapital kepada bank pada dasarnya bukanlah alasan utama. Alasan utama adalah logika kapital yang sudah disinggung di atas. Tanpa itu, Anda akan gagal dalam mengakumulasi kapital. Dan itu artinya Anda bangkrut. Bank menarik agunan Anda yang nilainya melampaui jumlah pinjaman. Penarikan agunan tersebut adalah salah cara untuk mengakumulasikan dan mengekspansikan kapital. Kapital bukanlah uang melulu. Kapital adalah suatu proses penciptaan relasi sosial dan ikatan sosial berdasarkan kebutuhan dan kepemilikan barang dan citra sekaligus. Jadi, selama hal itu dapat melapangkan tujuan kapital, maka siapa pun berhak terlibat: kompetisi. Akan tetapi, kompetisi tersebut tidak bebas seperti namanya, melainkan Anda harus memiliki kapital memadai sebelumnya untuk turun di percaturan tersebut. 

Dengan demikian, jika bank syariah tetap bersandar pada logika tersebut, ia tetap memiliki efek perusak nilai sosial dan ikatan sosial. Yang beda dari bank syariah dan bank konvensional pada akhirnya hanya terletak pada penamaan yang tidak signifikan.


Artikel Terkait:

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Terima kasih atas peluangan waktu Anda membaca tulisan ini. Tentu saja, saya akan lebih berterima kasih lagi jika Anda ikut mengomentari tulisan ini.

 

YANG MENGIKUT

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.

Hasil Bertukar Banner