Bumi Bukan Tempat buat Manusia dan Hewan, tapi Buat Motor dan Mobil

Diposting oleh FilsafatKonseling on 8.19.2010

Kira-kira 13.000 SM s.d. 1400 M, jumlah populasi penduduk bumi sekitar 1 miliar. Dari abad ke-14 M s.d. 18 M, jumlah penduduk meledak menjadi 2 miliar. Kurang lebih selama 400 tahun ledakan populasi berkisar 1 miliar jiwa manusia. Kemudian, dari abad ke-18 M s.d. 19 M, jumlah populasi penduduk berjumlah 3 miliar. Dari 400 tahun bergeser ke 100 tahun untuk mencapai ledakan 1 miliar populasi. Lalu, dari kurun 1900 s.d. 1950-an ledakan populasi menjadi sekitar 5.5 s.d. 6 miliar. Selama 50 tahun ledakan populasi berjumlah sekitar 2.5 s.d. 3 miliar. Sekarang, penduduk bumi bertambah 90-an juta per tahun.

Ledakan populasi akan menyebabkan menyempitnya lahan tempat tinggal manusia serta habitat hidupan lainnya, hewan dan tetumbuhan, misalnya. Selain itu, juga meningkatkan krisis pangan. Dengan kata lain, dengan pola distribusi makanan yang tidak bercorak lokalitas melainkan global, ledakan populasi sama dengan bencana kelaparan. Ketika manusia berusaha mengatasi krisis pangan global tersebut, ledakan populasi pun terjadi kembali. Ketika ledakan populasi semakin meningkat tiap tahun, maka terjadi kembali krisis pangan. Dan seterusnya. Ledakan populasi dan krisis pangan adalah regresi yang tidak berujung.

Variabel lain adalah daya jangka hidup manusia modern semakin meningkat, sedangkan kuantitas kematian samasekali tidak sebanding dengan kelahiran. Dalam konteks pangan, distribusi makanan yang bersandarkan pada satu wilayah untuk pemenuhan kebutuhan pangan semua wilayah turut mendongkrak hebat laju populasi.

Sejak zaman neolitikum, ketika domestifikasi menjadi mapan, hingga sekarang, proses domestikasi turut menyebabkan terjadinya erosi tanah. Gurun Sahara dan tragedi Dust Bowl adalah beberapa kasus dari erosi tanah akibat proses domstifiksi manusia atas alam.

Kegiatan industri makanan dan pertambangan secara signifikan turut menyumbangkan krisis ekologis. McDonald dalam melakukan kegiatannya telah membabat jutaan hektar hutan hujan. Pertambangan sumber energi daya mineral di darat telah menimbulkan erosi tanah dengan signifikan dan pencemaran lingkungan serta perusakan habitat. Sedangkan di laut, menghancurkan ekosistem laut dan pencemaran air laut.

Semua tempat tinggal untuk manusia semakin hari semakin menyempit. Itu pun belum ditambah dengan hidupan lain, mengingat bumi bukan hanya milik manusia belaka. Dan, tentu saja selain harus berbagi tempat dengan hidupan lainnya, manusia modern juga harus berbagi tempat dengan mobil, motor, ban-ban kendaraan bekas,pusat-pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, sampah, tempat penyewaan lahan berolahraga, lapangan golf, sekolah, rumah sakit, pabrik, tempat hiburan dan tempat wisata, jenazah, tai, jalanan, misalnya. Dengan penyempitan lahan oleh hal-hal tersebut, jumlah populasi manusia terus melaju hebat.

Adakah cara untuk mengatasi hal ini? Adakah sebuah cara yang tidak egosentrik dan antroposentrik serta dominasi dan eksploitatif? Adakah sebuah cara yang tidak hanya menyelamatkan manusia, melainkan juga hidupan lainnya, mengingat sejak krisis ekologis mutakhir memperlihatkan kepada kita bahwa seluruh entitas saling bergantung satu sama lain?


Artikel Terkait:

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Terima kasih atas peluangan waktu Anda membaca tulisan ini. Tentu saja, saya akan lebih berterima kasih lagi jika Anda ikut mengomentari tulisan ini.

 

YANG MENGIKUT

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.

Hasil Bertukar Banner