Pengantar[1]
Ontologi merupakan hal yang sangat penting dalam bangunan filsafat, bahkan bisa dikatakan maharanah kajian filsafat adalah ontologi itu sendiri. Tidak seperti filsafat-filsafat yang telah menghilangkan aspek metafisis dalam kajian ontologisnya, filsafat Islam, juga sistem filsafat Timur atau perennial lainnya, masih memertahankan watak metafisisnya.
Dalam perkembangannya, bahkan, filsafat Islam berjalin kelindan dengan ‘irfan (gnosistik), suatu disiplin pengetahuan tertentu yang tidak didapatkan melalui fakultas rasio dan indriawi, melainkan intuisi. Irfan adalah mengenai penyaksian ruhani (syuhud) dan penyingkapan batiniah akan realitas. Irfan adalah pengetahuan yang bersifat langsung (direct/knowledge by presence). Sebagai sebuah pengetahuan yang sekaligus adalah mengalami,[2] maka penyaksian dan penyingkapan akan realitas tersebut, disusun sedemikian rupa dalam bentuk proposisi-proposisi. Dari sinilah, irfan bersentuhan dengan disiplin filsafat. Dari interaksi tersebut, terbangunlah formulasi ontologis atau metafisika Islam yang komprehensif, integralistik, dan holistik. Tulisan berikut merupakan tulisan yang berusaha menguraikan, memaparkan, dan menjelaskan secara ringkas, sistematis, rigorus, dan ketat persoalan ontologi atau metafisika dalam pandangan filsafat Islam.
Latar Belakang
Sederhana saja mengapa saya meniatkan diri untuk menuliskan persoalan yang sangat pelik dan perennial dalam tubuh filsafat ini, wujud/existence/being/ada, yakni untuk memudahkan diskusi saya dengan seorang teman baru yang tertarik persoalan ini. Belakangan, saya mengetahui tidak hanya teman saya itu saja yang mengalami kesulitan akan soal ini, melainkan juga banyak teman mengalami hal yang serupa. Dengan demikian, walaupun satu-satunya alasan saya, yang pengin segera begitu saja menuliskan persoalan ini, karena teman saya itu, akan tetapi tulisan ini juga saya tujukan untuk teman-teman yang lain.
Manfaat Mempelajari Ontologi
Pada sisi lain, dengan menguasai soal ontologi atau metafisika secara baik, hal itu bisa membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi pelbagai bangunan sistem pemikiran yang ada, dan juga membantu memecahkan masalah pola relasi antarpelbagai eksisten dan eksistensi, yang bisa dieksplorasi secara mendalam dan jauh pada pelbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.
(bersambung….)
[1] Tulisan ini, dikarenakan keterbatasan waktu dan finansial yang ada, ia dipublikasikan sebagai tulisan serial. Tulisan ini juga bisa dianggap sebagai salah satu tulisan serial saya dalam kajian Pengantar Filsafat (Tradisional, Modern, Barat, Timur, Islam, Kristen, Yahudi, dll) yang sedang saya susun, baik itu untuk keperluan materi blog, kelas, diskusi, dll.
[2] Dalam pengertian yang tradisional atau primordialnya, pengetahuan bersifat mengalami. Jadi, pembedaan antara teori dengan praktis, dengan demikian, hanyalah persoalan abstraksional. Pengetahuan yang dimaksud dalam perspektif ontologis adalah pengetahuan yang diartikan seperti itu, yakni mengetahui adalah mengalami, dan mengalami adalah mengada, dan pada akhirnya, mengetahui adalah identik dengan mengada.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima kasih atas peluangan waktu Anda membaca tulisan ini. Tentu saja, saya akan lebih berterima kasih lagi jika Anda ikut mengomentari tulisan ini.